Recogisi Internasional, Mahasiswa ikuti Workshop International Malaysian Education System di Melaka
Para mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kudus program Pascasarjana tahun akademik 2023 mengadakan kegiatan international workshop bertajuk sistem dan manajemen Pendidikan di Malaysia, pada Senin 12 Juni 2023. Kegiatan tersebut dibuka dengan sambutan khidmat oleh bapak wakil direktur pascasarjana IAIN Kudus Dr. H. Abu Choir, M.Ag. dan dipandu oleh dua narasumber yang ahli dalam bidang Pendidikan, yaitu Zainal Tulus sebagai Education Consultant dan Suzanah Md Amin sebagai former headmasters of government school.
Sebuah konsep sistem dan manajemen yang diterapkan di Malaysia memiliki beberapa keunikan, sehingga hal tersbut bisa dijadikan sebagai bahan perbandingan dalam mengelola Pendidikan di Indonesia. Sampai saat ini, Indonesia masih menggunakan sistem Pendidikan wajib, tercatat dua belas tahun yang terdiri dari enam tahun Sekolah Dasar (SD), tiga tahun Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Sementara itu, berbeda halnya tingkat Pendidikan yang ada di Malaysia, peserta didik bisa memulai Pendidikan rendah terlebih dahulu, yang terdiri dari pra sekolah atau sekolah kebangsaan, tadika kemas, tadika perpaduan, pasti, dan swasta. Setelah memenuhi ketercapaian komptensi sebagaimana yang diharapkan, maka peserta didik melanjutkan pada tahap Pendidikan menengah, diantaranya yaitu Sekolah Menengah Kebangsaan (SMK), Sekolah Kebangsaan Jenis Kebangsaan Cina (SJKC), Sekolah Menengah Kebangsaan Agama (SRAI). Setelah tiga tahun di SMK, peserta didik boleh melanjutkan jenjang Pendidikan yang lebih tinggi yaitu Kolej Vokasional, hal ini merupakan Pendidikan kejuruan dan boleh mengambil SPM setelah dua tahun dan melanjutkan ke tahap diploma dengan menambah dua tahun lagi.
Evaluasi akhir Pendidikan yang ada di Malysia menggunakan sistem Sijil Pelajaran Malaysia (SPM). “SPM itu sebuah ujian akhir sekolah, jika di Indonesia disebut dengan ujian nasional, tetapi di Indonesia ujian nasional sudah tidak diberlakukan, dan evaluasi akhirnya diganti dengan istilah Sumatif Akhir Semester. Hasil SPM ini nantinya akan digunakan untuk mendaftarkan peserta didik ke universitas. Untuk asesmen harian sama di Indonesia, yaitu dengan menerapkan asesmen formatif, sumatif, dan diagnostic.†Ungkap Zainal Tulus.
Sistem Pendidikan di Malaysia di bawah naungan Institusi Pendidikan Kerajaan memiliki peran masing-masing. Pendidikan pra sekolah ditujukan untuk peserta didik yang berumur empat hingga enam tahun. Pendidikan rendah direncanakan dalam waktu tempuh enam tahun untuk peserta didik yang sudah tamat Pendidikan prasekolah. Pendidikan menengah terdiri dari beberapa macam model, diantaranya sekolah akademik, sekolah teknik dan vokasional, maupun sekolah kebangsaan agama, atau jika di Indonesia dikenal dengan istilah sekolah swasta.
Pendidikan yang diterapkan di Malaysia tidak terbatas pada transfer of knowledge saja, tetapi yang paling diutamkan adalah memaksimalkan character building khususnya dalam hal-hal kecil yang dialukan pesreta didik dalam kehidupan sehari-hari.
“Suatu hal yang tidak patut dan sopan diterapkan oleh seorang pendidik, adalah ketika dia menyimpan kesal dan marah kepada siswanya. Kita coba ambil hati siswa luluh dengan cara nasihat dan inspirasi. Ketika pendidik masuk kelas, cobalah untuk memberikan senyum yang tulus dan ikhlas kepada peserta didik, lalu tanamkan kedisiplinan sedikit demi sedikit. Salah satunya dengan kita mengingatkan untuk selalu potong kuku, potong rambut, membuang sampah pada tempat sampah, dan mengharagai Ketika orang lain atau teman sedang berbicara. Menjadi pendidik memang tidak mudah, justru hanya rasa lelah Ketika tidak berusaha untuk menjadi orang yang ikhlas.†Ungkap Suzanah.
“Pendidikan di Malaysia memang jenjangnya lebih lama, sehingga bisa mematangkan peserta didik baik dari kongnitif, afektif, dan psikomotirik. Sistemnya juga tidak terstruktur dengan rapi sehingga peserta didik yang sudah memenuhi kompetensi baru bisa mengikuti SPM atau ujian akhir. Rasanya persaingan Pendidikan di Malysia itu cukup menantang, sih. Kalau dia tidak beneran sunggung-sungguh maka untuk bisa masuk universitas itu tidak mudah.†Ungkap salah satu mahasiswa IAIN Kudus, Syaiful.
“Satu hal yang bikin salut dan menginspirasi adalah cara untuk merealisasikan character building dalam setiap pembelajaran yang diterapkan. Dari hal kecil itu, ternyata bisa memberikan mutu pendidikan yang lebih baik, serta mencetak output yang berkualitas. Recommended banget sih kalua nilai-nilai karakter itu diadopsi ke Indonesia. Sangat bagus untuk membawa perubahan.†Kata Alin, mahasiswa IAIN Kudus.
Pertukaran ide dan pemikiran dalam kegiatan international workshop telah memberikan banyak wawasan dan ilmu pengetahuan untuk kemudian dikolaborasikan dengan sistem dan manajemen Pendidikan yang ada di Indonesia.