PASCASARJANA IAIN KUDUS HADIRKAN DOSEN AL-AZHAR UNIVERSITY MESIR DALAM INTERNATIONAL CONFERENCE
Revolusi industri 4.0 mendorong terjadinya disrupsi dalam berbagai bidang yang memberikan tantangan dan peluang, termasuk bagi generasi milenial. Perubahan terjadi begitu cepat akibat disrupsi. Tren perkembangan teknologi juga telah bergeser sehingga perusahaan teknologi digital merajai ekosistem dan ekonomi dunia. Perubahan-perubahan tersebut, menimbulkan dampak pada generasi milenial yang memiliki jiwa wirausaha tinggi, namun lemah dalam eksekusinya.
Melihat fenomena ini, Pascasarjana IAIN Kudus menyelenggarakan seminar internasional yang bertemakan Islam In Disruption Era: Oportunities And Challenges, dengan narasumber Syaikh Dr. Muhammad Husaini Al-Farag dari Al-Azhar University Cairo, Prof. Asfa Widiyanto, M.A., Ph.D. (Guru Besar IAIN Salatiga), Dr. H. Muh. Saerazi Dimyati, Lc, M.Ed (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) dan Dra. Imas Maesaroh, Dip.IM-Lib., M.LIB., Ph.D. (UIN Sunan Ampel Surabaya). Acara dilaksanakan di Aula SBSN Tarbiyah Lantai II pada Selasa (08/10/2019).
Acara yang dibuka langsung oleh Wakil Rektor I Dr. H. Supa’at, M. Pd ini diikuti oleh sekitar 165 peserta yang berasal dari mahasiswa pascasarjana dan dosen IAIN Kudus .
Menurut ketua Panitia yang sekaligus Direktur Pascasarjana IAIN Kudus, Dr. H. Abdurrohman Kasdi, Lc, M.Si, seminar international ini untuk menjembatani seluruh Civitas Akademika, dosen dan mahasiswa dalam menghadapi tantangan era disrupsi.
“Saat ini kita mengalami dua disrupsi yang luar biasa yaitu bidang teknologi karena revolusi industri 4.0 dan gaya hidup karena adanya perubahan generasi yang menyebabkan perubahan gaya hidup” tuturnya.
Menanggapi hal tersebut, Syaikh Husaini menekankan bahwa dalam menghadapi era disrupsi, seorang Muslim harus berpegang pada nilai-nilai agama.
“karena agama menjadi benteng dalam menghadapi tantangan zaman” ujarnya.
Perubahanpun terjadi dalam dunia pendidikan, menurut Dr. Saerazi fungsi dosen dalam pendidikan telah “bergeser” dan lebih mengajarkan nilai-nilai, etika, budaya, kebijaksanaan, pengalaman, karena nilai-nilai itulah yang tidak dapat diajarkan oleh Google atau mesin pencari.
Menambahkan hal tersebut Prof. Asfa menyampaikan mahasiswa saat ini dengan mudah mendapatkan materi kuliah di internet. Mungkin lebih lengkap dari materi yang disampaian di kelas.
Sebagai narasumber terakhir Dra. Imas menambahkan bahwa dosen juga mudah mendapatkan sekaligus menyampaikan materi ajarnya secara online. Kini kelas menjadi rombongan belajar yang terhimpun dalam grup-grup WhatsApp (WA). Guru dan dosen dengan mudah menyampaikan materi melalui media tersebut. Bisa juga dengan kelas online atau kuliah online.
“Jarak bukan masalah. Dulu, untuk mencari referensi, artikel, buku, atau jurnal harus pergi ke perpustakaan dan/atau toko buku. Sekarang big data atau mahadata telah menyajikan semuanya” pungkasnya.